BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Insiden Daerah Rawan Predator, Membuat Warga Resah Dan Desak Pemerintah Lakukan Penangkaran serius.



SBD, SUARAINDONESIA1.COMP – Insiden yang terjadi belum lama  ini di wilayah kecamatan Loura khususnya didesa Letekonda terkait terenggutnya nyawa dua orang Akibat Predator Buaya di sungai Lede wero sambungan LokoLangira yang hampir sudah rawan kejadian tersebut dan belum ada tindaklanjut pemerinta kabupaten Sumba Barat Daya tentang penangkaran dimana memicu keresahan warga desa Letekonda  dan sekitarnya, terutama para petani yang berkebun dipinggir kali atau sungai pasca ganasnya predator dan tidak di tangkar.


Kekhawatiran warga semakin meningkat karena kejadian belum lama ini yang  terjadi di wilayah yang dikenal sebagai tempat mereka mencuci dan tempat hewan besar mereka minum air, masyarakat merasa tidak aman beraktivitas di perairan sekitar sungai terutama karena buaya dikenal sebagai predator yang berbahaya.


Kepala Dinas BPBD Kabupaten Sumba Barat Daya, Samuel Boro yang di sambangi media SuaraIndonesia1.Com  mengenai kejadian dimana belum lama ini terenggut dua nyawa warga desa LeteKonda Kecamatan Loura Sumba Barat Daya Akibat predator ganas tersebut, Menurutnya, bahwa insiden itu perlu segera ditangani dengan serius dan transparan, agar tidak menimbulkan keresahan lebih lanjut di kalangan masyarakat, kepada media SuaraIndonesia1.Com mengatakan bahwa berkaitan dengan penangkaran dan Pengamanan daera daera rawan terkait dengan kejadian beberapa waktu lalu terutama di Desa Lekonda Akibat predator, ya pertama kata Samuel Boro bahwa peristiwa tersebut adalah peristiwa yang sangat mengejutkan serta menggegerkan, ungkapnya.


Dan memang kalau di lihat dari sisi kewenangan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah kewenangan Balai Konservasi dan adapun bantuan tersebut bersumber dari Balai Konservasi termasuk kami pemerinta dalam hall ini. Sebutnya adalah Bencana Alam penanganan daera, dan ini sebatas sisi  kewenangan untuk menangani hal itu , rananya ada si Balai Konservasi.  Untuk BK kami di Sumba Barat Daya belum ada dan yang ada si Sumba Barat, juga pada bulan lalu bilangnya ada di Kupang serta kami juga sudah sampaikan, kemudian kami sudah lakukan upaya, pungkasnya.


Khusus pihak BPBD, hanya berkaitan dengan memberikan peringatan Dini yakni memasang spanduk atau plang. Nah tahun ini bertepatan evisiensi anggaran prioritas. Sehingga BPBD untuk sementara masih Dalam proses pengadaan kebutuhan dasar atau dari sisi lain membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Nah berkaitan dengan hal itu juga, kami juga sudah sampaikan ke Balai Konservasi terkait dengan bencana di desa Letekonda dan daera daera mulai dari Muara Rategaro hinggah sungai Waiha. Itu juga sudah banyak sekali korban dan laporan masuk yang terjadi disana, dan malah lebih banyak hampir 70 persen yang kalau di temukan Korbannya tidak lagi utuh ( organ ), sebutnya.


Dan terkait penanganan daerah daera rawan sebutnya, kami akan berkoordinasi dengan Balai Konservasi. 

ia bertemu terang untuk kita di SBD  tidak ada Balai Konservasi yang membuat kami agak kesulitan dan kemudian juga keterbatasan Sumber Daya yang ada yang menyebabkan kami tidak bisa bergerak sehiinggah sebatas memasang Spanduk . Memang selama ini kami pasang spanduk hanya di daera Kodi dan khusus daera Loura kami belum pasang spanduk.


Untuk itu, ini menjadi catatan kami dan perhatian kami dalam penyesuaian anggaran 2025, serta kami sangat memahami kekhawatiran warga dan nelayan di sekitar, pungkasnya.


Keamanan mereka harus menjadi prioritas utama. Kita tidak bisa hanya mengandalkan klaim tanpa bukti yang jelas. Pihak berwenang, baik itu pihak kepolisian maupun instansi lainnya harus memberikan penjelasan yang transparan mengenai jumlah daera rawan buaya yang diketahui rawan dan langkah-langkah apa yang sudah diambil untuk memastikan keselamatan masyarakat, ujar Boro.


Ia menambahkan, bahwa masyarakat berhak mendapatkan informasi yang akurat dan keamanan yang terjamin, terlebih bagi mereka yang menggantungkan hidupnya di laut dan para petani yang berkebun atau membuka lahan sawah di daerah pinggir sungai juga memberikan beberapa solusi untuk menangani masalah ini dengan bijak dan menyeluruh, agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.


Pertama, penyelidikan dan verifikasi fakta yang jelas. Ia menekankan pentingnya penyelidikan yang lebih mendalam oleh pihak berwenang mengenai insiden ini. Semua pihak yang terlibat harus bekerja sama untuk memastikan jumlahdaera rawan buaya dan memastikan mereka tidak membahayakan warga, peningkatan pengawasan dan keamanan penangkaran buaya. 


Dan jika nantinya sudah di lakukan penangkaran, maka tentunya juga kami akan menyarankan agar pihak penangkaran buaya memperketat pengawasan dan melakukan perbaikan infrastruktur di sekitar penangkaran. Hal ini bertujuan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan dan menjaga keselamatan warga sekitar.


Selain itu kami akan memberikan edukasi kepada masyarakat dan nelayan. Ia mengingatkan pentingnya edukasi kepada masyarakat, terutama para petani yang berkebun di pinggir sungai termasuk nelayan yang beraktivitas di sekitar sungai  mengenai bahaya buaya dan cara-cara yang aman untuk beraktivitas di laut. Dia juga menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk saling memberikan informasi yang diperlukan dalam menghadapi situasi seperti ini.

  

Pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya perlu memberikan edukasi kepada warga, terutama petani juga nelayan, tentang cara beraktivitas yang aman di sekitar kawasan yang rawan buaya. 


Selain itu, penting juga untuk membentuk tim tanggap darurat yang siap menanggulangi ancaman buaya jika diperlukan," tutupnya.


**** Eman Ledu ****

( SUARAINDONESIA1.COM ).

« PREV
NEXT »