Jakarta, suaraindonesia1.com – Dunia literasi anak Indonesia semakin kaya dengan hadirnya Doppaland, sebuah buku cerita bergambar yang mengajak pembaca cilik untuk menjelajahi keindahan budaya dan sejarah Uighur. Ditulis oleh Guzelya Marisova, diilustrasikan oleh Agia Putri, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zaskia Mecca, buku ini bukan sekadar cerita petualangan, tetapi juga sebuah perjalanan mengenali identitas dan akar budaya.
Peluncuran Doppaland berlangsung di Gramedia Grand Indonesia (14/03/2025) dengan menghadirkan penulis, ilustrator, dan penerjemahnya. Acara ini menjadi momentum untuk menggali lebih dalam inspirasi di balik buku ini dan bagaimana kisah Eldar & Elnur dapat menjadi medium bagi anak-anak untuk memahami makna identitas dan warisan budaya mereka.
Menghidupkan Kembali Identitas Budaya Melalui Kisah Eldar & Elnur
Kisah Doppaland berawal dari pengalaman pribadi Guzelya Marisova, seorang keturunan Uighur-Prancis yang besar di Kazakhstan. Selama bertahun-tahun, ia melakukan riset mendalam tentang tanah leluhurnya, menyadari bahwa budaya dan sejarah Uighur adalah bagian penting dari identitasnya. Kesadaran inilah yang mendorongnya untuk menulis Doppaland, sebuah kisah yang memungkinkan anak-anak untuk menemukan dan memahami akar budaya mereka sendiri.
"Dengan Doppaland, saya ingin anak-anak memiliki kesempatan untuk menemukan siapa diri mereka, mengenali budaya mereka, dan memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan," ujar Guzelya. Buku ini ditulis selama dua tahun, menjadi refleksi perjalanan personalnya dalam menyambungkan kembali jejak budaya leluhurnya.
Dalam buku ini, dua tokoh utama, Eldar dan Elnur, menemukan sepasang doppa, topi khas Uighur dengan motif unik yang dapat dikenakan baik oleh pria maupun wanita, termasuk mereka yang berhijab. Doppa bukan sekadar aksesori, tetapi juga simbol warisan budaya yang kaya. Dengan kekuatan magisnya, doppa membawa mereka ke dunia Doppaland, negeri penuh petualangan yang memperkenalkan mereka pada keindahan alam, sejarah, dan tradisi Uighur.
"Doppaland tidak hanya menghadirkan dunia imajinasi, tetapi juga merepresentasikan sejarah dan budaya Uighur secara luas," tambah Guzelya.
Menghadirkan Imajinasi Lewat Ilustrasi yang Kaya Warna
Agia Putri, ilustrator berbakat asal Bandung, menghadirkan ilustrasi yang memukau dalam Doppaland. Meski tidak memiliki pengalaman langsung dengan budaya Uighur, Agia melakukan riset mendalam untuk memastikan setiap elemen dalam gambarnya mampu menangkap esensi dan keindahan negeri Uighur.
“Proses menggambar Doppaland adalah pengalaman yang unik bagi saya. Saya ingin memastikan bahwa anak-anak tidak hanya menikmati petualangan Eldar dan Elnur, tetapi juga merasakan atmosfer dan kehangatan budaya Uighur dalam setiap halaman,” ujar Agia.
Diterjemahkan dengan Hati, Didekatkan ke Pembaca Indonesia
Diterjemahkan oleh Zaskia Mecca, Doppaland hadir dengan bahasa yang mengalir dan mudah dipahami oleh anak-anak Indonesia. Sebagai seorang aktris, influencer, dan ibu, Zaskia menyadari pentingnya literasi sejak dini serta bagaimana cerita yang kaya budaya dapat membentuk karakter anak-anak.
"Anak-anak perlu cerita yang membuka wawasan mereka tentang dunia. Doppaland membawa pesan indah tentang identitas, keberanian, dan cinta terhadap budaya. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari proyek ini," ungkap Zaskia.
Peluncuran dan Perjalanan Doppaland ke Depan
Peluncuran Doppaland yang berlangsung di Gramedia Grand Indonesia menjadi langkah awal perjalanan buku ini dalam menjangkau lebih banyak pembaca. Bahkan Guzelya mengaku saat ini sedang proses mengerjakan buku yang ketiga. Proses kreatif ini yang pada akhirnya akan menjadi pintu pembuka bagi anak-anak untuk mengenal dunia yang lebih luas, bahkan mengenal perjuangan sesama Muslim di dunia lain.
Report, Wati