SBD,SuaraIndonesia1.Com -- Paslon Paket Ratu-Angga menjadi perhatian masyarakat SBD, setelah peristiwa diduga penghalangan yang terjadi saat kampaye di Desa Wee Baghe, Kecamatan Wewewa Selatan, NTT.
Ratu Wulla menegaskan bahwa situasi ini harus diselesaikan secara hukum, dan ia tidak ingin peristiwa tersebut mengalihkan fokusnya dari kampanye pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang tinggal hitungan hari lagi.
Peristiwa ini bermula dari insiden di mana seorang anggota DPRD SBD Fraksi Partai Gerindra, Dappa Bulu diduga melakukan tindakan penghalangan saat kampaye Paket Ratu-Angga.
Tindakan ini memicu ketegangan di publik SBD yang berujung pada laporan ke pihak berwajib dari kedua belah pihak.
Ratu Wulla menyatakan bahwa ada video lengkap yang mendokumentasikan kejadian tersebut, meskipun di media telah beredar rekaman yang menurutnya telah diedit dan dipotong-potong.
“Hari ini kami juga sudah laporkan ke Polres SBD dan Bawaslu SBD dan biarkan hukum berbicara. Kami menghormati proses yang sedang berjalan dan tidak ingin ada preseden buruk jika hal ini dibiarkan tanpa kejelasan,” ujar Ratu Wulla.
Ia menegaskan, upaya hukum adalah jalan yang dipilih oleh Paket Ratu-Angga, dan pihaknya akan mengikuti setiap perkembangan kasus hingga keputusan akhir keluar.
Ketika ditanya mengenai apakah akan ada mediasi yang mungkin dilakukan, Ratu Wulla menjawab bahwa upaya tersebut mungkin baru akan dipertimbangkan setelah Pilkada selesai.
Saat ini, Paket Ratu-Angga lebih memilih untuk fokus pada kampanye dan memastikan strategi politiknya berjalan lancar tanpa gangguan.
Ratu Wulla menekankan pentingnya proses hukum yang adil dan transparan, serta mengingatkan bahwa perannya sebagai calon pemimpin harus tetap didahulukan demi kepentingan masyarakat luas.
“Saya tidak akan mengalihkan perhatian dari kampanye. Fokus saya adalah kemenangan dan memastikan program-program kerja saya tersampaikan kepada masyarakat,” pungkasnya menegaskan.
Diberitakan sebelumnya, Desa Wee Baghe, Kecamatan Wewewa Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), NTT mendadak menjadi sorotan dalam perhelatan Pilkada SBD 2024.
Pada Rabu, 30 Oktober 2024, situasi kampanye yang semula damai berubah memanas akibat insiden kesalahpahaman antara Dappa Bulu, anggota DPRD Fraksi Gerindra yang baru dilantik, dan rombongan pasangan calon bupati dan wakil bupati, Ratu Ngadu Bonu Wulla dan Dominikus Alphawan Rangga Kaka (Ratu-Angga).
Insiden bermula ketika pasangan Ratu-Angga mengadakan peresmian posko kampanye di desa tersebut.
Dappa Bulu, tokoh kampung sekaligus anggota DPRD periode 2024-2029, merasa perlu mengklarifikasi bahwa posko yang digunakan merupakan milik tim pasangan lain, yaitu Paket Rakyat.
Namun, niat Dappa Bulu untuk berbicara di tengah acara justru memicu respons keras dari tim pendukung Ratu-Angga.
“Saya hanya ingin menjelaskan posisi posko ini, tetapi tidak diberi kesempatan untuk bicara. Malah saya dihadang,” ujar Dappa Bulu pada Kamis, 31 Oktober 2024.
Situasi semakin memanas ketika terjadi dorong-dorongan yang hampir berujung konfrontasi fisik dengan senjata tradisional khas Sumba, parang.
Warga setempat segera mengambil tindakan cepat untuk melerai insiden tersebut dan mencegah pertumpahan darah.
Kejadian ini dilaporkan ke Polres SBD pada pukul 00.19 Wita, dengan Aipda Abdul Hamid menerima laporan dan mengidentifikasi sejumlah nama terduga pelaku, di antaranya Anderias Malo dan Kanisius alias Bapak Risni.
*** Eman Ledu ***
( SuaraIndonesia1.Com ).