Foto:Gudang Penimbunan Milik Marco Yang Ada di Kapitu dan Mobil Grand Max Yang Bermuatan BBM Solar Bersubsidi |
SuaraIndonesia1/Minsel-- Ditengah kelangkaan dan kenaikan harga BBM jenis solar yang dirasakan oleh masyarakat (Sopir Truck), hal tersebut justru dimanfaatkan oleh salah satu oknum mafia BBM yang ada di Minahasa Selatan (Minsel). Rabu 23 Oktober 2024.
Terkait penyalahgunaan BBM jenis solar bersubsidi, Integritas seorang Kapolda Sulut dan Kapolres Minsel di pertaruhkan.
Mafia BBM jenis solar bernama Marco, yang beroperasi di Minsel melenggang bebas tanpa ada rasa takut dan terkesan kebal hukum.
Meski sempat pernah ditangkap oleh Polda Sulut terkait pemalsuan surat atau dokumen penebusan BBM dari Pertamina, Marco kembali beroperasi bisnis ilegalnya tanpa ada hambatan apapun.
Sampai saat ini Marco dikabarkan memiliki beberapa tempat penimbunan BBM jenis solar subsidi, jumlahnya terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Hal ini pun semakin mencuat, pada hari senin 21 Oktober 2024, saat beberapa awak media mendatangi gudang penimbunan milik Marco yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan, Kecamatan Amurang Barat, Desa Kapitu.
Terlihat didalam gudang penimbunan tersebut terparkir mobil tangki berwarna biru putih, yang diduga sedang mengisi BBM jenis solar untuk dijual kembali ke Industri.
Marco dikalangan mafia BBM terkenal sebagai sosok yang sakti kerena tak tersentuh oleh hukum.
Bahkan sampai saat ini, Aparat Penegak Hukum (APH) dalam hal ini Polda Sulut dan Polres Minsel seolah tidak mampu dan enggan menghentikan langkah dari mafia BBM yang satu ini.
Bisnis ilegal yang dilakoni nya berjalan mulus layaknya jalan tol tanpa hambatan apapun, bahkan informasi yang diterima Redaksi media ini, menyebutkan bahwa Marco setiap harinya berhasil menjarah ribuan liter BBM jenis solar dari SPBU Kapitu yang berada tidak jauh dari gudang penimbunan miliknya.
Marco dalam menjalankan aksinya di sejumlah SPBU yang ada di Minsel tidak sendirian, Marco diduga berkerja sama dengan manager dan operator SPBU, Marco juga diduga tidak segan-segan memberikan sejumlah uang kepada Manager dan Operator sebagai balas jasa.
Hal ini juga tentunya sangat menyayat hati masyarakat Sulut, karena BBM bersubsidi yang seharusnya diperuntukan bagi masyarakat, tetapi Marco menjualnya ke agen-agen Industri tanpa disertakan pajak.
Ketidak mampuan atau tidak ada keberanian APH untuk menangkap Marco, menjadi tanda tanya besar dikalangan masyarakat.
Diduga Marco telah menguasai jalur hukum yang ada di Sulut khususnya Polres Minsel, sehingga meskipun sudah beberapa kali diberitakan oleh awak media tidak ada satu pun tindakan hukum yang tegas.
Bahkan saat ini masyarakat menduga bahwa Kapolda yang baru, dan juga diketahui sebagai putra asli Sulut dan jajarannya enggan menindak tegas dan memproses hukum Mafia BBM Marco.
Hal ini bukan hanya sekedar perbuatan melawan hukum, namun sebuah sistem atau kinerja APH yang tampak perlu diperbaiki oleh Institusi Polri itu sendiri.
Masyarakat Sulut saat ini sedang menunggu dan berharap ada tindakan nyata dari APH, sebab jika Mafia BBM seperti Marco ini terus beroperasi tanpa ada hambatan, maka bisa dipastikan kepercayaan publik terhadap Institusi Polri akan makin berkurang.
(Tim)