Sumba Barat Daya, SuaraIndonesia1.Com - Warga Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT) masih kesulitan mendapat bahan bakar minyak (BBM).
Beberapa SPBU,sesuai hasil pantauan
SuaraIndonesia1.Com pada beberapa titik SPBU di wilayah Sumba Barat Daya, terjadi kelangkaan BBM serta Antrean berkepanjangan .
Antrean tersebut untuk menimbun BBM sehingga mengakibatkan masyarakat lainnya tidak mendapat pelayanan SPBU terpicu oleh pembiaran dinas terkait yang menggawai.
Juga berdasarkan pantauan media ini , Sepertinya beberapa SPBU di kuasai oleh para penimbun dan menjual ulang kepada para penjual Eceran dengan harga per satu jerigen 20 liter melonjak 280-300 ribu . Dari harga order yang melambung membuat juga para pengecer dalam takaran per satu botol aqua besar mencapai 30 ribu .
Sebetulnya tidak terjadi kelangkaan BBM. Apa bila dalam pengawasan dinas terkait benar-benar twgas berdasarkan aturan , Namun karena terjadi pembiaran oleh dinas terkait walau melakukan pengawasan, membuat masyarakat lainnya mengalami kesulitan.
Tetapi kalau mendasari aturan yang telah diberlakukan dalam pengawasan BBM tersebut tentunya tidak terjadi hal-hal yang tidak sesuai surat edaran bupati SBD Nomor 500/80/53/V/2024 tentang : Pengendalian dan Pengentasan BBM di kabupaten SBD, dalam rangkah terjadinya penimbunan dan kelangkaan BBM( Solar dan Premium ) bersubsidi di kabupaten SBD sesuai dengan UU nomor 22 tahun 2001 tentang BBM. Bahwa dengan edaran tersebut di instruksikan kepada para pemilk SPBU / Pengelola SPBU dan Konsumen pengguna BBM yang ada di kabupaten SBD untuk oetugas SPBU hanya melayani pengisian BBM kepada Konsumen yang kendaraannya mempunyai identitas yang lengkap.
Akibat beberapa SPBU di kuasai pihak penimbun, banyak masyarakat mengeluh tidak mendapat BBM serta untuk kelancaran beraktifitas masyarakat terpaksa beli BBM eceran di pinggir jalan walau sedikit dan melambung harga namun banyak pula kendaraan yang mogok kehabisan BBM
Selain itu , harga eceran BBM dipinggir jalan melonjak harga hingga mencapai 25 ribu hingga 30 ribu , begitupun tidak penuh takaran botol aqua besar.
Dengan langkahnya BBM ditengah masyarakat,Kepala Bagian Ekonomi Kabupaten Sumba Barat Daya NTT,Misna yang dikonfirmasi media SuaraIndonesia1.Com menyampaikan kalau terkait kelangkaan BBM sebenar kalau dilihat KUOTA untuk kita SBD masih mencukupi , baik untuk pertamax , Solar dan Minyak tanah masih cukup.kata ibu Misna.
Terkait kelangkaan secara khusus, ibu Misna menjelaskan bahwa memangnya kami juga sudah cek di lapangan yang di sebabkan oleh karena empat hari belakangan ini , Kapal tangki yang memuat pertamax itu tidak masuk , sehingga penumpukan terjadi di SPBU untuk membeli pertalite karena pertamax tidak ada serta semua kejar atau buruh pertalite yang disebabkan kapal tengki tidak masuk yang bawa pertamax di waingapu selama empat hari dan ini adalah masalah sistim atau Jaringan,
dimana kendaraan Roda empat menggunakan sistim BARKOT , sebut ibu Misna.
Misna juga menyinggung terkait yang terjadi pada sabtu kemarin di SPBU RadaMata ,karena jaringan atau sistimnya terganggu maka dihentikan pelayanan . Demikian juga SPBU Tawon Rara kemarin hafi selasa. Sehingga oleh peetugas kami , setiap hari melakukan pengawasan bersama TNI-POLRI,Sat Pol PP ,Perdagangan , perhubungan , Perekonomian dan Samsat,jelasnya.
Nah karena kematiannya ricuh di SPBI Taworara , itu langsung di tempuh oleh tim kami untuk mengurai kemacetan dan percepatan pelayanan BBM itu . Mereka melakukan pembatasan di mana untuk kendaraan roda dua dibatasi dengan mengisi BBM cukup dengan harga 50 ribu dan untuk kendaraan roda empat kalau tidak salah kata ibu Misna 250 ribu yang sebelumnya mereka biasa isi 400-500 ribu. Nah untuk semuanya dapat kata ibu Misna, mulai pertalite semestinya di bagi , dan itulah kebijakan yang di tempuh , paparnya.
Selanjutnya oleh pemerintah sebut ibu Misna , bahwa dari bulan juni kemarin hingga pada juli kemarin , kami sudah lakukan pengawasan setiap hari di lima SPBU-SBD. Hanya saja batu dua minggu terakhir ini saya merubah lagi agar 1 minggu 3 kali dengan dasar bahwa kami melihat seandainya saya tugaskan semua staf saya di SPBU , maka tinggal kabag dan sopir dikantor apa lagi staf saya hanya 10 orang ,jelasnya.
Dan kalau sudah lima SPBU kami pantau atau awasi dalam hal ini ada yang 2 dan ada yang sampai tiga orang dalam satu SPBU , maka habia audah serta terbengkalai sudah kami punya pekerjaan di kantor ,pungkas Misna. Maka dalam dua minggu terakhir ini saya tarik satu staf untuk atur ulang bahwa 1 minggu 3 kali saja pengawasan di kota di Taworara dan di Radamata demikian juga di Gollu Sapi, kodi utara dan kodi serta kami menyesuaikan dengan waktu masuknya mobil tangki dari waingapu Jadi untuk kami pemerintah sudah melakukan pengawasan,kata Misna.
Terkait dengan melonjak harga BBM dipengecer,saya tidak cuci tangan juga atau saling menyalahkan juga karena kami melakukan pengawasan itu sampai dengan jam dua. Nah setelah jam dua kata Misna , kami juga sudah pulang . nah di belakang kami kalau masih ada BBM tersisah itu di jual oleh pemilik APBU lagi kata Misna. Nah inilah yang menyebabkan potensi terjadiinya Tap dan pengecer-pengecer itu dengan senang hati melakukan pembelian dan penjualan kembali,dan tadinya saya sudah konfirmasi operator di Taworarra kalau masih ada BBM yang sisah,mohon agar jangan dijual dan kalau jual apa bila kami pengawas ada khusus pertalite sehingga tidak terjadi lagi pengecer yang ada dipinggir SPBU,tandas Misna mengakhiri.
******** Eman Ledu *******(SuaraIndonesia1.Com ).