Jakarta, suaraindonesia1, Menjelang tahun Pemiu 2024 mendatang, Kris Mandalina, Wakil Kepala Departemen IX, Kesehatan dan Ketenagakerjaan yang menjabat sejak tahun 2020 hingga tahun 2025 dan juga sebagai pengurus harian DPP Partai Demokrat, kembali meminta dukungan dan pengaruh Partai Politik, Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat untuk mendukung dirinya di kursi Parlemen sebagai bentuk aspirasi keterwakilan perempuan, sesuai dengan Undang-Undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) dan dan UU No.2 tahun 2011 tentang Perubahan UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik telah mengamanatkan untuk memastikan setidaknya 30% perempuan dicalonkan dalam daftar anggota parlemen.
Kris Mandalina, Perempuan Kelahiran Jakarta 1965, memulai karir politiknya di Partai Demokrat pada tahun 2010 hingga 2013 sebagai anggota Biro Otonomi Daerah - Departemen DPP Polkam, kemudian berlanjut pada tahun 2013 hingga 2015, menjadi anggota Departemen Kepemudaan dan Olahraga, selanjutnya pada tahun 2015 hingga 2020, menjadi anggota Departemen UMKM,dan saat ini menjabat Wakil Kepala Departemen lX , Kesehatan dan Ketenagakerjaan sejak tahun 2020 hingga 2025.
Istri Taufan Djoko Susanto dan ibu dari tiga putra, yaitu ;
(Almarhum) Alfian Oktovarino Kristanto, Capt.Andhika Riyandhani M.Mar dan Ashari Febrian STr.Pel, mendedikasikan hati dan jiwanya, juga untuk organisasi pemberdayaan perempuan.
Kris Mandalina saat ini menjabat sebagai Wakasekjen 1 Perempuan Lira (dalam tayangan live Internatinal Women Days perwakilan Indonesia), Sekretaris Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia, Anggota Srikandi Pancasila, Anggota Kaukus Perempuan Politik Indonesia, Anggota CR30 dan pernah menjadi Wakil Sekretaris Forum Komunikasi Profesional.
Pemberdayaan perempuan bagi Kris Mandalina adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat serta membebaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan memberikan dorongan dan motivasi untuk membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki perempuan dan berupaya untuk mengembangkannya sehingga sebagai individu dan sebagai masyarakat memiliki ketahanan dan kemandirian.
Melalui konsep kemandirian, agar perempuan-perempuan Indonesia mendapatkan kualitas pendidikan, ketrampilan, kesehatan untuk kemudian di interpretasikan dalam konteks yang lebih luas yaitu kesejahteraan ekonomi, Kris Mandalina menggerakkan organisasi perempuan sebagai nilai kebebasan yang berkualitas yaitu menyangkut perluasan kesempatan bagi anggotanya dan juga bagi masyarakat untuk menentukan pilihan mereka menuju orientasi rasional sehingga perkembangan organisasi pemberdayaan perempuan cukup signifikan.
Kualitas perspektif Kris Mandalina, sebagai bentuk konsistensi kader politik Partai Demokrat dan beberapa organisasi pemberdayaan perempuan adalah dua model rasional yang empiris dalam upaya proses efesiensi dan konvergensi selain Sudut pandang pengalaman Kris Mandalina yang juga pernah bekerja di PT. Cedefindo sebagai Senior Consultant pada tahun 1985 hingga 1986 dan Chief Sales Admin pada tahun 1988 hingga 1990, dan hingga saat ini masih bekerja di
PT. Mandiri Mitra Perdana Sebagai
Marketing Director sejak tahun 2005, serta pendidikan Formal SD Strada ST FX Jakarta , dari tahun 1972 hingga 1978, SMPN 30 Jakarta, dari tahun 1978 hingga 1981 ,SMAN 13 Jakarta, dari tahun 1981 hingga 1984, dan Akademi Ilmu Sekretaris dari tahu 1984 hingga 1987.
Karakteristik itu dapat dijadikan dasar bagaimana Kris Mandalina dapat memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat .
Menghadapi isu publik terhadapi agenda pembangunan global yang menekankan pentingnya kesetaraan gender serta merta mengejar ketertinggalan dari pencapaian target kuota 30%, Kris Mandalina berkeyakinan Partai Demokrat menjalankan kepatuhan dan berkomitmen untuk memberi kesempatan dan memotivasi kader perempuan untuk menduduki jabatan di setiap tingkat pengambilan keputusan politik baik di tingkat daerah maupun nasional, karena hal ini akan baik untuk parpol Partai Demokrat, baik untuk Demokrasi di Indonesia, dan baik untuk kesejahteraan masyarakat, dengan masih minimnya jumlah keterwakilan perempuan di DPR RI yang masih belum mencapai 30%, dan berdasarkan data Inter Parliamentary Union, keterwakilan perempuan Indonesia di parlemen berada pada peringkat ke-enam dibanding negara-negara Asean, Sedangkan, pada tingkat dunia, posisi Indonesia di peringkat ke-89 dari 168 negara di bawah Afganistan, Vietnam, Timor Leste, dan Pakistan.
Sejatinya Perempuan melenggang ke Parlemen bukan hanya membutuhkan dukungan partai politik tetapi juga pemerintah, Penyelenggara Pemilu dan Masyarakat, selain instrumen hukum yang ketat karena perempuan berprestasi dan memiliki loyalitas tinggi masih disandera berbagai hambatan untuk maju mengisi Keterwakilan perempuan di parlemen, mahalnya biaya kampanye pemilu dan biaya saksi di setiap TPS membuat partisipasi perempuan semakin terbatas,ancaman serius demokrasi dari hasil pemilu yang masif terhadap jual beli suara, beban psikologis Perempuan seringkali ragu untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga di sisi lainnya untuk perempuan yang mampu berbagi peran menyeimbangkan sangat langka , Caleg perempuan masih menghadapi diskriminatif dan harus menghadapi kondisi ditempatkan di nomor urut rendah sehingga potensi menangnya sangat kecil yang berdampak tidak ada kenaikan jumlah caleg perempuan,itu artinya tidak ada peningkatkan keterwakilan perempuan di DPR secara optimal.
Menyadari Indonesia masih sangat tertinggal dari Keterwakilan perempuan Indonesia di parlemen baik di dalam negeri maupun diluar negeri, meski pernah mencoba di tahun pemilu 2014 dan 2019 dan belum membuahkan hasil, Kris Mandalina akan kembali berjuang dan optimis mendapatkan kursi di parlemen dengan didukung oleh restu suami dan anak anak serta masyarakat dari semua lapisan dan tentunya dari Partai Demokrat, Kris Mandalina akan kembali menjadi calon legislatif di 2024, untuk berperan memperjuangkan kesetaraan gender dan memberikan tauladan bagi politik di Indonesia, " tidak ada keberhasilan tanpa rasa optimis, tidak ada kemenangan tanpa belajar dari kegagalan" Kris Mandalina di akhir wawancara bersama Jaringan Media Nasional.
Report, Dyan/Jerry