Jakarta, suaraindonesia1.com
Susanti warga RT 001 RW 007 disekitar Komplek Rumah Sipitung Marunda mengatakan dia sangat kecewa dengan pihak PT KCN. Ia menuturkan, pertemuan warga dengan pihak KCN yang diwakili staff perusahaan bernama Fajri dan staff lainya di Rumah Sipitung pada Selasa (4/1/22) merupakan yang kedua kali.
Pertemuan pertama pada awal Desember 2021 lalu, perwakilan PT KCN mengatakan akan menampung semua aspirasi maupun tuntutan warga dan akan disampaikan kepada pimpinan perusahaan.
Mereka janji akan memberikan jawaban atas keluhan warga yang terkena dampak polusi debu batu bara dua minggu setelah pertemuan pertama. Apa yang mereka janjikan itu tidak jelas, bahkan pada pertemuan kali ini tidak ada solusi bagi warga, mereka hanya membagi-bagikan masker.
“Perusahaan itu memang milik pemerintah, tapi jangan menyengsarakan masyarakat dong. Buat apa ini masker, paling ini harganya cuma Rp 15.000 satu kotak. Saya ngak senang dengan masker ini dan enggak enak aja ini saya lemparin di depan orang,” tandas Susanti,Rabu(5-1-2022)
Ia menjelaskan, warga sudah cukup lama bersabar dan menderita penyakit batuk-batuk. Pada pertemuan kedua pihak perusahaan dengan warga, ia sebelumnya tidak mengetahuinya karena tidak ada pemberitahuan dari pengurus RT.
"Pengurus RT tidak ada pemberitahuan resmi, saya tahu ini ada pertemuan justru dari salah satu warga, makanya saya datang,” ujar Susanti".
Pada pertemuan itu Susanti meminta agar pihak KCN untuk peduli terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Warga di RT 001 katanya banyak yang menderita penyakit pernapasan dan batuk-batuk.
“Anak saya juga mengalami penyakit batuk-batuk, setelah berobat sembuh. Tapi tidak berapa lama kembali batuk-batuk dan berobat lagi, begitu pak terus-menerus dan banyak warga lainya mengalami hal yang sama,” katanya.
Susanti mengaku sudah 20 tahun lebih tinggal di RT 001 jauh sebelum PT KCN ada dan penyakit pernapasan yang diderita warga jarang terjadi. Namun setelah PT KCN ada dan beroperasi bongkar muat batubara banyak warga menderita sakit pernapasan. Ia siap direlokasi dari RT 001 asal ganti rugi tanah dan bangunan miliknya sesuai dengan program Presiden RI Joko Widodo, yakni ganti untung.
“Kami warga sudah cukup lama menderita, karena itu saya bersedia direlokasi asal biaya penggantian tanah dan bangunan sesuai yang disampaikan pak Jokowi-basuki adalah ganti untung, bukan ganti rugi.
Ya, kalau direlokasi tidak apa-apanya asal sesuai seperti yang disampaikan pak Presiden dari pada kita selalu didera polusi debu batubara di rumah kita sendiri, itu kan tidak baik,” tutur Susanti.
Diberitakan sebelumnya bahwa debu batubara yang sehari-hari tercium merusak pernapasan, menimbulkan penyakit mata khususnya bagi anak-anak dan orang tua serta penyakit gatal-gatal.
Dua warga mengalami penyakit mata sangat serius dan diduga kuat ditimbulkan dari aktivitas bongkar muat material batu bara di pelabuhan KCN.
Kedua warga tersebut, yakni Agus (60), warga RT 015 RW-05 007 Blok D1 Rusun Marunda, sampai sekarang masih menjalani perawatan mata di rumah sakit.
Korban lainnya bocah bernama Raihan Ubaidillah (9), putra M Yusuf di Blok A1, RT 010 RW 010 Rusun Marunda.
Kendati sudah 2 tahun lalu Raihan menjalani operasi mata, namun sampai sekarang masih harus diobati matanya 3 kali sehari dengan obat tetes mata. Keluarga dengan sabar menunggu 1 tahun untuk mendapatkan donor mata. Setelah operasi ganti mata, ia masih tetap diobati dengan obat tetes mata 3 kali sehari,"tutur Susanti kepada tim awak media.
Report, Antoni