BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Jadi Petani Merupakan, Kebutuhan Dasar Dalam Ketahanan Kehidupan Rumah Tangga




Sumba Barat Daya, SuaraIndonesia1 - Ketekunan dalam bertani sudah menjadi kebutuhan dasar untuk mempertahankan kehidupan petani setiap hari.

Tiada alasan bagi siapapun makluk ciptaan Tuhan tak  terhindar sebagai petani. Jika masyarakat memilih bertani di situ kebutuhan pokok rumah tangga akan tersedia, karena pada prinsifnya hasil kebun bisa di olah kemana saja oleh manusia.

Asalkan petani mempunyai niat untuk berusaha dan mengembangkannya secara baik dan halal. (Tutur Lambertus Wora Deilo,S.sos


Lanjut Lambert, sebagai bagian dari petani miliniel ia sudah tiga tahun mengguluti pekerjaan sebagai petani jagung setelah ia menyesaikan pendidikan sarjana S1 Administrasi Negara di Universitas Nusa Cendana-Kupang pada tahun 2017. Dari lahan terbatas,  ia tidak sampai disitu terus berjuang untuk menambah lahan garapan karena hasilnya cukup menggiurkan. 

  

Masuk pada tahun ketiga 2021 ia berhasil menambah lahan garapannya menjadi satu setengah hektar (1.1/2 ha). Komitmen sebagai petani  sudah menjadi pilihan tersendiri untuk menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Masih lanjutnya, dengan lahan yang terbatas, setengah hektar pada awal mulanya dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut ia selalu mendapat hasil panen 1 ton lebih pertahun. Apalagi lahan sekarang sudah bertambah menjadi satu setengah hektar (1.1/2 Ha).  Tentunya hasil panen akan lebih memuaskan dari semula. Dalam pekerjaan ini sebagai petani ada hal menarik yang perlu di pertahankan yaitu penghasilannya yang pasti tidak meleset selagi curah hujan normal


Jika sudah tersedia lahan garapan, hanya tinggal bagaimana yang bersangkutan mengolah dan merawat lahannya dengan baik secara serius agar hasilnya dapat memuaskan.

  

Sebagai petani miliniel ia berharap kedepannya harga komoditas para petani tetap stabil. Bila perlu penentuan harga komoditas petani dapat di kontrol oleh pemerintah. Agar tidak semudah begitu saja, investor memainkan harga pangan lokal masyarakat Sumba Barat Daya di bawah standar. 

Karena pada prinsifnya tingkat kesadaran masyarakat Sumba Barat Daya dalam mengolah lahan pertanian secara moderen dengan memilih konsentrasi menanam jagung sudah semakin meningkat dari tahun ketahun berkisar 50%. Itulah sebabnya kedepan bukan tidak mungkin perkebunan jambu akan beralih fungsi menjadi perkebunan jagung. 


Sudah sekitar 6 atau 7 tahun lewat tanaman jambu,  tidak lagi menjadi pusat pendapatan masyarakat Sumba Barat Daya karena hasilnya semakin tahun semakin anjlok. Saat ini dengan kondisi pengembangan lahan jagung masyarakat yang semakin berkembang akan menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk memasukkan dalam agenda kebijakan prioritas pemerintah. Maka dari itu masyarakat semakin termotivasi untuk mengembangkan lahan perkebunannya sendiri.


Berangkat dari siklus kesadaran masyarakat, untuk mengembangkan lahan perkebunan jagung masyarakat saat ini. Namun masyarakat banyak mengeluh soal harga pestisada atau obat-obatan yang di gunakan warga untuk membantu membersihkan kebunnya semakin meningkat  perbotol sejak dari bulan oktober sampai bulan desember 2021 saat ini. Dimana kisaran sebelumnya 40 an-70 an tetapi saat ini kisaran harga 60 an-100.000/botol. Hal ini menjadi catatan kritis kebijakan pemerintah agar para kapitalisme di kontrol dengan standar harga yang terjangkau oleh masyarakat (Tandasnya).


( Liputan Tibo SuaraIndonesia1.com)

« PREV
NEXT »