Rada mata, SuaraIndonesia1.com
Polres Sumba barat daya bongkar Kasus dugaan penipuan
Kapolres Sumba barat daya AKBP.YOSEPH F.H. MANDAGI S.I.K. membongkar Kasus dugaan penipuan di wilyah hukum Polres Sumba barat daya, Nusa tenggara timur
Kapolres Sumba barat daya,Melalaui Penjelasan IPTU,Yohanis E. R.Balla, Selaku kasat Reskrim di polres Sumba barat daya , ketika di temui beberapa Awak Media ia mejelaskan berdasarkan Laporan polisi :LP-B/88/VII/2021/POLDA NTT/RES.SBD
atas Nama Aleksander Adi Bu, yang Modus penipuan pemungutan Uang sebesar Rp.500.000,/ Kepala kuarga , pihak polres Sumba barat daya ,sudah memanggil Beberpa Saksi untuk di mintai keterangan kata kasat Reskrim.
Berdasarkan Angket beberapa Orang saksi yang di mintai keterangan saksi, menyebutkan Ketua kordinator selaku penanggung jawab dalam hal pengumpulan Uang sebesar Rp.Rp.500.000, di janjikikan Rumah paremanen setiap pemberi uang sebesar Rp.500.000 sehingga Petrus Pati Nani Warga Des Kadu eta sudah di mintai keteranagan kata kasat Reskrim ketika di temui pada tanggal 9/8/21 beberapa Awak media.
Kehidupan Penipuan-penipuan di Sekitar Kita, Khusus wilayah hukum polres Sumba barat,
dunia memang tak seperti tampaknya. Banyak hal tersembunyi di baliknya. Yang sering tampil ke depan justru kebohongan dan penipuan. Kebenaran, yang seringkali menyakitkan, justru mengendap di balik apa yang tampak.
Itulah kenyataan hidup kita sehari-hari. Wajah cantik menyimpan kebusukan. Wajah tampan dan rapi menyimpan kerakusan. Petrus Pati Nani Warga desa Kadu eta Kec kodi Utara
bagaikan menghirup udara penipuan setiap harinya. Seperti yang di alami Masyarakat Sumba barat daya,Prpinsi NTT
Namun, Modus penipuan itu tidak bisa dibiarkan. Ia harus dipertanyakan dan dilawan, supaya kita bisa melihat apa yang tersembunyi di baliknya. Mungkin, kita tak akan pernah sampai pada kebenaran. Namun, usaha untuk mempertanyakan penipuan juga dapat dilihat sebagai “kebenaran” itu sendiri, yakni kebenaran yang terus berubah dan berkelanjutan.
Ironisnya, penipu terbesar kita adalah pikiran kita sendiri. Dengan segala macam prasangka dan trauma, kita melihat kenyataan tidak dengan kejernihan berpikir, namun dengan kabut yang mengacaukan. Akibatnya, kita disiksa oleh pikiran kita, misalnya dengan kecemasan dan ketakutan akan orang lain, atau atas masa depan. Pikiran yang kacau akhirnya menuntun tindakan yang juga kacau, yang menciptakan konflik dan ketegangan antar manusia.,
(Liputan Tibo Suaraindonesia 1.com).