BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Suaraindonesia1 - LATIHAN FISIK ANTARA BRIPDA ALAN DAN BRIPDA DARUSTIANTO DI POLDA GORONTALO HANYA LATIHAN PEMBENTUKAN MENTAL BUKANLAH PEBUNUHAN



Gorontalo, Suara indonesia 1.com. Berdasarkan hasil wawancara melalui rekaman rekorder dari kepala desa karya murni selaku orang tua Bripda Alan.
Dalam percakapan kades  tentang kronologis kejadian yang di alami oleh anaknya (" Pertama kali humas polda gorontalo mengatakan tidak ada unsur penganiayaan, saya juga tidak terlalu paham yang namanya hukum, saya juga tidak sempat meminta bantuan hukum polda. karena alasannya polda, polisi sama sama." Keberatannya orang tua bukannya apa cuma anak ini tidak tahu apa apa, dia tahu bahwa kegiatan latihan itu adalah latihan fisik, kalau dia tahu itu pembunuhan mungkin dia tidak mau dan menolak, karena memang sudah seperti itu kegiatan mereka Tiap hari tiap pagi, jadi polisi itu kan 2 tahun masih sementara pembentukan mental dan fisik, dan anak saya ini sudah bertugas delapan bulan, berita pun yang di muat oleh media lain hanya berat sebelah yang mestinya media itu mengklarifikasi dengan pihak orang tua korban dan orang tua pelaku" Tutur kata kades". Kejadian itu pada hari Kamis, saya kebetulan pas selesai subuh letingnya alan menelpon" Ayah alan dapat masalah, tapi bukan salahnya alan itu kan torang polisi baru sering di suru kancing dada saling baku pukul baru yang satu meninggal."tutur kata letingnya lewat hp". Mendegar penyampaian letingnya itu baru saya ke polda saya telfon pak mulis kasad intel untuk meminta konfirmasi kebetulan saya dapat telfon dari letingnya alan katanya alan dapat masalah, terus pak mulis bilang kalau di polda begini ayah tidak ada masalah, nanti ayah datang ke polda kalau minta konfirmasi. Pas di polda setengah delapan terus saya telfon kembali, komdan saya sudah di muka polda. Pak mulis berkata" O iya tunggu dulu saya di situ ayah, ayah dengan siapa, "ayah berkata" Saya dengan maitua. Kembali bertanya, " Terus maksud li ayah bagimana? "Aya berkata" Saya pe maksud  masalah anak saya ini karena letingnya alan meninggal, saya sebagai orang tua tidak merasa senang, karena setau saya alan tidak mungkin seperti itu kalau cuma jadi pembunuh buat apa saya kasi masuk polisi lebih baik saya jadikan preman saja kalau cuma ingin membunuh orang. Terus dia telfon pak ramos di propam polda. "Pak ramos menyampaikan" Ayah ini alan di barak sehingga orang tua tidak usah ikut campur karena masalah ini di dalam polda. Sebagai orang tua sangat bersyukur samapai berlinang air mata karena anak jadi polisi satu satunya dikeluarga. Dalam pembicaraan itu pak ramos sampaikan"ayah pulang kerumah saja jangan pikir alan dan alan ini sementara di propam dalam keadaan aman. Kades berkata"kalau penyampaian seperti itu Alhamdulillah karena ini kan kegiatan rutinitas di polda". Pada jam 10.00 wita alan ba telfon"papa pulang saja dan tidak usah pikir apa apa alan aman-aman saja disini dan ini kegiatan kami di barak dan tidak ada tujuan apa-apa". Tiga hari  setelah kejadian  saya sempat melihat di youtube penyampaian pak wahyu"kejadian, kematian anggota di polda tidak ada unsur kesengajaan".sehingga saya sebagai orang tua sudah lega dan kemudian saya telfon alan menanyakan kronologis kejadian itu. Alan juga mengatakan saya juga ini korban papa karena pada pagi itu kegiatan subuh bertepatan maulid Nabi di masjid, dan setelah sarapan pagi ibu yang di kantin minta tolong untuk membeli sesuatu di luar, kemudian alan katakan tunggu dulu ibu saya mau ambil kunci motor kepada darius. "Darius berkata"ini ngana pe kunci motor tapi saya minta rokok satu batang" Kebetulan letingnya alan ada di situ dan bertepatan lagi seniornya ada. "Seniornya barkata" Sini dulu ngoni dua"dia suru darius memukul alan terus alan di suruh membalas memukul dan menjadi satu sama, terus tambah lagi untuk memukul darius dan alan membalas lagi, terus darius berkata" Sudah saja so saki kita pe badan", terus alan berkata"sudah jo komdan so bole itu". Terus temannya berteriak kepada alan"masa yang satu tiga kali ba pukul ngana punya alan cuma dua kali. Karena alasan seniornya ini jangan samapai menjadi masalah pribadi sehingga di suru tamba satu kali pukulan dari alan, tetapi alan tidak memukul dengan keras, setelah itu si korban ini kembali ketempat istirahat nya di kamar dan terjatuh, terus alan bantu mengangkatnya. Alan berkata"kiyapa ngana"temanya itu menjawab"kita saki dada".terus temanya itu kembali istrahat berbaring dan alan keluar dari kamar dan temannya itu bangun kembali, tetapi jatuh lagi dan akhirnya tidak sadarkan diri dan meninggal. Alan mengetahui si korban ini sudah sering sakit -sakitan paska kecelakaan motor yang juga mengakibatkan kematian. dan disitulah si korban  sering sakit dada."). Terakhir kades menyampaikan kepada awak media bahwa"sesuai tuntutan jaksa 338 tentang pembunuhan. kalau pemahaman dari hakim tidak ada unsur pembunuhan tapi hanya penganiayaan 351 ayat 3. Dan sekarang sementara mengurus PK  dan menunggu perampungan berkas bundelan putusan, tetapi yang anehnya di waktu persidangan Jaksa tidak menghadirkan saksi ahli yang seharusnya menghadirkan ahli otopsi itu, dan di Pengadilan hakim menyampaikan hasil otopsi" tulang dada utuh tulang iga patah"jaksa membantah hakim"bukan tulang iga yang patah tapi tulang dada".Padahal ahli porensik mempunyai foto dan data. Sehingga di situlah saya sebagai orang tua keberatan  antara jaksa dan ahli otopsi tidak di perhadapkan di waktu persidangan itu.

Itulah hasil rekaman orang tua alan dan sempat di rekam dan diketahui oleh ayah atau orang tua alan.

 (skri)
« PREV
NEXT »