Suaraindonesia1.com
Gunung Itu Panas.
Seolah-olah dia membisikan rayuan manis semanis madu digelas biru, namun seolah dia melarangku untuk pergi mendekatinya.
"Jangan, aku panas. Isi perutku bisa membuatmu tak tenang," kata si gunung yang nampak mulai tandus.
Panasnya gunung itu bahkan dirasakan sampai ke seantero Nusantara. Isi perutnya bisa membuat siapapun tak tahan.
Tak tahan akan godaannya, gunung itu kini kian memanas.
Tak ayal semua mata kini tertuju padanya. Semua cerita kini mengarah padanya, dan semua harapan kini bersumber darinya.
Gunung itu panas, isi perutnya membuat hati siapapun tak tahan.
Jika itu keluar, panasnya membara membakar hati yang mengeras. Panasnya membawa perasaan yang tak tenang.
Gunung itu panas sekali.
Walau begitu , lalu mengapa dia begitu didambakan? . Entah mengapa dia selalu jadi sumber pengharapan.
Panas darimu selalu membakar semangat para pencari. Panasnya menimbulkan bencana untuk negeri. Panasnya tak terasa untuk jiwa yang mulai mati.
Gunung itu kian membara.
Tandus rautmu kian nampak. Aliran panasmu kian terasa. Menerawang setiap hati yang mengambang.
"Kemarilah wahai hati, biarkan isi perutku membakar jiwamu," ajaknya.
Gunung itu panas.
Panasnya jadi incaran para penjarah. Panasnya membuat hati jadi meradang.
Sampai kapankah engkau memanas? , tanya hati.
Abd. Azis