BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Skrinews - Pengaruh COVID-19 terhadap perekonomian di Indonesia

            ( Gambar dari Tertiju.com)

Sekarang ini Indonesia sedang dilandang kegelisahan karena masuknya wabah COVID-19 di Indonesia. Bagaimana tidak, jumlah kasus penderita virus corona Covid-19 di Indonesia hingga Selasa (5/5/2020) masih terus bertambah, kini jumlah pasien positif mencapai 12.071 orang sedangkan pasien sembuh sebanyak 2.197 orang. Tetapi pemerintah juga tidak tinggal diam saja dalam mengatasi masalah tersebut, pemerintah melakukan kebijakan salah satunya social distancing
Akibat yang ditimbulkan dengan adanya wabah covid-19 di Indonesia adalah terpuruknya perekonomian di Indonesia. Ketika bisnis kehilangan pendapatan, pengangguran cenderung meningkat tajam, maka akan mengubah guncangan sisi penawaran menjadi guncangan sisi permintaan yang lebih luas bagi perekonomian. Seperti sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami tekanan akibat tidak dapat melakukan kegiatan usaha sehingga kemampuan untuk memenuhi kewajiban kredit terganggu. Oleh sebab itu, ia menuturkan Non Performing Loan (NPL) perbankan untuk UMKM turut berpotensi meningkat signifikan sehingga berpotensi semakin memperburuk kondisi perekonomian Tingkat terparahan akan sangat tergantung pada kegiatan ekonomi pada skala tertentu serta kemanjuran respons oleh otoritas-otoritas keuangan nasional.
Selain itu nilai ekspor di Indonesia untuk sekarang ini juga cenderung mengalami penurunan. Sebab negara-negara yang sebagai tujuan ekspor, sebagai besar juga sedang berperang mengatasi wabah Covid-19 ini. Namun disisi lain, sebagai akibat turunnya kegiatan dosmetik di dalam negeri, khususnya nilai import bahan baku dan modal juga mengalami penurunan.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860 juta per Januari 2020. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai impor, tercatat total nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Januari 2020 adalah sebesar US$9,67 miliar. Angka tersebut turun 3,14% dibanding Desember 2019.
Kondisi ini disebabkan oleh turunnya nilai impor pada beberapa negara utama, salah satunya adalah China sebesar 3,08% menjadi US$ 125,2 juta. Sementara untuk negara lainnya, Thailand dari 14,14% menjadi US$ 104,5 juta dan Australia dari 26,36% menjadi US$ 86,9 juta. 
Sebelumnya, Virus Corona menjadi isu utama yang menyorot perhatian global beberapa pekan terakhir karena telah menjatuhkan banyak korban, serta penyebaran virus yang mengglobal sampai memperngaruhi berbagai perekonomian di seluruh dunia.

Dengan hal ini dapat dijelaskan bahwa, penurunan nilai ekspor juga akan sangat berpengaruh terhadap nilai import tersebut, sehingga dapat mempengaruhi net-ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik yang tahun ini bias dikatakan relative kecil, seperti di tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5% terhadap PDB.
Selain itu dari Investasi juga terkena dampak dari adanya Covid-19, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi, ada potensi kehilangan nilai investasi sebesar Rp127 triliun akibat merebaknya COVID-19. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat salah satu faktor penyebabnya adalah prospek kegiatan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin hari kian tertekan.
Kejatuhan pasar saham domestik tersebut membuat nilai kapitalisasi IHSG berkurang Rp 2.108,36 triliun. Nilai yang cukup besar, setara dengan 83% nilai asumsi belanja negara yang ditetapkan dalam APBN 2020 sebesar Rp 2.540,4 triliun atau 94,41% dari pendapatan negara yang di tetapkan sebesar Rp 2.233,2 triliun.
Berdasarakan data Bursa Efek Indoensia (BEI) koreksi IHSG secara year to date mencapai 29,25% ke level 4.456,75. Koreksi tersebut memang bukan yang terburuk dibandingkan dengan bursa saham di negara ASEAN.
Hal ini dikuatkan oleh pemerintah yang menyatakan bahwa setiap ada penurunan nilai ekonomi RRT 1% maka akan memberikan dampak penurunan pada ekonomi Indonesia sebesar 0,3%. Melihat situasi yang terus berkembang, bukan tidak mungkin ekonomi RRT bisa merosot sampai pada level 5% pada 2020.
Selanjutnya adalah sektor pariwisata, sektor pariwisata yang paling besar terkena dampak dari adanya Covid-19 ini. Karena dengan kebijakan social distancing yang mengurangi aktivitas di luar ruangan dan berinteraksi dengan orang lain sangat mempengaruhi pergerakan dari sector pariwisata. Padahal sector pariwisata adalah salah satu dari penunjang kontibusi devisa negara.
Bahwa yang telah diketahui peranan sektor pariwisata dalam menciptakan output perekonomian mencapai 5.57% dan 5,89% pada tahun 2015-2016. Peranan sektor pariwisata pada PDB Indonesia sebesar 5.47% di tahun 2015, dan 5.82% di tahun 2016. Kompensasi tenaga kerja pada tahun 2016 sebesar 5,37%. Penciptaan lapangan tenaga kerja dari sektor pariwisata sebesar 4,19% pada tahun 2016.
Pada bulan Februari 2020, sebanyak 392.824 wisatawan datang ke Bali menurut Kantor Imigrasi Bali dan angka ini turun sebesar 33% sejak bulan Januari akibat virus corona. Jumlah wisatawan Cina ke Bali pun berkurang drastis.

Tahun 2019 lalu, sekitar 2 juta wisatawan Cina mengunjungi Bali sedangkan pada bulan Februari hanya ada sekitar 4 ribu wisatawan. Diperkirakan Bali akan sulit untuk mencapai target melebih 2 juta pengunjung di tahun 2020 ini. Pantai terlihat sepi dari pengunjung. Hanya ada pengelola usaha yang duduk santai di pesisir. Beberapa kapal pesiar bahkan memutuskan untuk tidak berlabuh di Bali.
Selain itu, jumlah penghuni hotel di Bali turun sampai 70 persen sejak virus corona menyebar dan hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan para karyawan. Meskipun begitu, Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan imabuan kepada pengusaha hotel dan travel supaya tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Akan tetapi, dampak virus corona pada ekonomi tidak bisa dihindari. Maka dari itu, beberapa karyawan hotel di Bali hanya dibayar setengah gaji. Pemotongan ini diperlukan agar usaha tetap berjalan namun juga menjaga kebutuhan ekonomi para karyawan. Beberapa manajemen hotel juga meminta para perkeja mereka untuk cuti saat sedang sepi.

Penulis :
Anita Dwi Ratna Della Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Prodi Akuntansi  FEB

« PREV
NEXT »