Tasya Nur Ulya
Universitas Muhammadiyah Malang
Skrinews.com_
Berdasarkan data dari situs worldometer per 17 Mei 2020, penderita positif virus Corona di dunia sudah mencapai 4.720 juta dengan jumlah yang meninggal 313,220 dan yang sembuh 1.811 juta.
Indonesia berada di urutan ke-33 di dunia dengan 17,025 kasus, 1,089 meninggal, dan 3,911 yang berhasil sembuh. Jumlah ini bertambah sebanyak 3,183 orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020.
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) kepada perekonomian dunia juga sangat dahsyat.
tidak hanya merugikan sisi kesehatan.Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Ekonomi global dapat menyusut hingga satu persen pada 2020 karena pandemi COVID-19, dan dapat berkontraksi lebih jauh jika pembatasan kegiatan ekonomi diperpanjang tanpa respons fiskal memadai. Hal itu disampaikan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN-DESA) yang dilansir Antara pada Kamis (2/4/2020).
WHO menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.
Jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan ketika hampir 100 negara menutup perbatasan nasional mereka. Itu bisa berarti kontraksi ekonomi global 0,9 persen pada akhir 2020, atau bahkan lebih tinggi jika pemerintah gagal memberikan dukungan pendapatan dan membantu meningkatkan belanja konsumen.
Perekonomian Indonesia
Ekonomi Indonesia triwulan I-2020 terhadap triwulan I-2019 tumbuh sebesar 2,97 persen (y-on-y), melambat dibanding capaian triwulan I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Terbesar pada sektor informasi dan komunikasi 0,53 persen.
Hal ini disebabkan anjuran pemerintah tentang social distancing menyebabkan masyarakat banyak yang tidak keluar rumah dengan diberlakukannya WFH, hiburan, dan pendidikan menyebabkan banyak yang mengakses teknologi informasi, yang juga berdampak pada penjualan listrik PLN rumah tangga mengalami kenaikan.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Januari 2020 mengalami penurunan sebesar 7,62 persen. Hal ini dikarenakan adanya larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan Februari lalu.
Kapan wabah Covid-19 akan berakhir dan bagaimana dampak terhadap perekonomian di Indonesia?
Singapore University of Technology and Design ( SUTD) melakukan sebuah riset yang menunjukkan, wabah Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada 7 Oktober 2020. Hasil risetnya diungkap di situs web ddi.sutd.edu.sg, dengan update terakhir pada 11 Mei.
Dalam penghitungannya, SUTD menggunakan model SIR (Susceptible-Infected-Recovered) yang dipadukan dengan data harian virus corona yang diperbarui dari berbagai negara.
Dari pemodelan itu akan terlihat kurva siklus hidup pandemi dan tanggal berakhirnya secara teoretis, menurut kode-kode dari Milan Batista dan data dari Our World in Data.
Hasilnya, terlihat prediksi pandemi Covid-19 di Indonesia berakhir yakni pada 7 Oktober 2020, dengan deviasi 14,9 hari.
Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB.
Peluang untuk bangkit
Jika bulan Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional.
Keuangan perusahaan diperkirakan masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember.
Perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak perusahaan juga tidak akan kuat bertahan jika lebih dari tiga bulan.
Recovery ekonomi akan bisa berjalan paling tidak mulai kuartal terakhir tahun 2020 dan akselerasinya dilakukan di tahun 2021.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati (SMI), usai Sidang Kabinet Paripurna (SKP), Selasa (14/4).
Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan paket stimulus fiskal senilai Rp405,1 triliun yang diberikan Presiden Joko Widodo untuk melawan dampak negatif penyebaran pandemi Covid-19 terhadap perekonomian menjadi sentimen positif beberapa waktu lalu.
Stimulus Fiskal
Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur menggunakan model Input-Output (IO), memperkirakan bahwa stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun dan nilai tambah dan pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9 triliun.
Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84 persen dari total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen.
Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM).Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan agar tingkat bunga pasar menurun sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Sumber pasokan dunia (global supply chain) yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini. Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor.
Penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat.