Rasongko Singgih Samiarto.
Mahasiswa FISIP Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Skrinews.com - Jika kita berbicara mengenai kemanusiaan, maka hal paling ada dalam paradigma kita adalah atas nama kesetaraan gender yang di junjung tinggi, namun saya tidak membahas semua itu, karena hal paling fundamentalis dari kondisi sekarang adalah apakah kemanusiaan sekedar retorika? Apakah kemanusiaan sekedar mitos belaka? Ataukah memang kemanusiaan kita memang benar-benar realitas dalam kehidupan ini.
Karena akhir - akhir ini negara dan masyarakat disibuk kan dengan segala upaya untuk melawan virus covid-19, yang di mana penyebaran nya sangat lah masif (melebihi masa aksi), disisi lain pemerintah juga menghimbau masyarakat agar belajar di rumah, kerja di rumah dan ibadah di rumah. Namun sudut pandang lain pun ada yang tampak berbeda, karena ada beberapa dari masyarakat kita yang nampak masih menggunakan situasi ini untuk liburan, ada juga beberpa dari mereka yang memanfaatkan kondisi ini untuk menjual masker dengan harga sangat tinggi, bahkan menimbun nya guna melonjak kan harga jika masker sudah langka. Padahal sudah jelas bahwa dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (“UU 7/2014”) Pelaku Usaha dilarang menyimpan Barang kebutuhan pokok, dan jika ada pihak yang melanggar ketentuan maka Pasal 29 ayat (1) UU 7/2014, dapat dijerat dengan 107 UU 7/2014.
Dengan begitu apakah mereka tidak memikirkan saudara kita yang membutuhkan masker tersebut? Egosentris yang tinggi lah yang akan mempersulit untuk melawan virus ini, karena persatuan dan kesatuan lah yang bisa menegakkan kemanusiaan itu sendiri, tanpa kita berbicara panjang lebar soal kesetaraan gender guna menjunjung tingga nilai kemanusiaan, namun pada akhirnya mereka hanya memikirkan diri sendri.
Selain itu himbauan "STAY AT HOME" pun harus kita implementasi kan secara masif karena teori ini memang dapat memberi dampak yang besar guna mencegah terjadinya virus menular, karena Jika lidah hanya sebatas retorika, penari malam pun jauh lebih hebat dari pada tarian kata, karena retorika bisa menjelma menjadi kebijaksanaan ataupun kehancuran, maka dari itu egosentris lah yang sebenarnya musuh kita paling utama bukan virus itu sendiri karena dengan ke egois-an kita dapat menyebabkan keadaan seamakin parah, karena himbauan dari beberapa pihak termasuk pemerintah yang kalian langgar dengan tetap melakukan kegiatan di luar batas Regulasi yang ada saat ini.
Rekonstruksi dari pemerintah pun pada awal nya terkesan sangat lambat untuk menangani virus covid-19 ini, karena untuk pertama kali virus nyebar karena proaktif, bukan upaya dari pemerintah sendiri, apalagi beberapa saat lalu pemerintah masih sempat-sempat nya untuk memberikan diskon besar - besaran dalam lingkup pariwisata karena demi takut indeks ekonomi turun, di satu sisi negara lain menolak semua wisatawan asing untuk datang di negara mereka namun bagi negara kita tidak, secara tidak langsung pemerintah kita juga telah menggadaikan kemanusiaan itu sendiri demi ekonomi negara agar tetap stabil di tengah wabah yang sangat mematikan ini (walaupun pada akhirnya nilai rupiah anjlok di angka 16rb).
Kemanusiaan kita benar-benar di uji, apakah pemerintah dan masyarakat bisa bersatu untuk melawan virus ini, karena asumsi dasar saya memang mengatakan bahwa musuh terbesar kita yang tidak sempat kita pikirkan adalah egosentris itu sendri, karena egosentris lah yang mengalah kan segala nya.
Masyarakat harus dapat mengontrol diri, tetap tenang dan mengedepankan pikiran, bukan sikap egois, demi melawan segala wabah yang ada, selain itu juga bagi pemerintah yang harus di utamakan adalah masyarakat itu sendri karena angka kematian atas virus ini cukup besar, jadi setiap Regulasi harus mengedepankan kemanusiaan bukan mengedepankan ego nya untuk terus merayu investor agar tetap dapat investasi di negara ini.
Jadi tidak saat nya untuk saling menyalahkan, yang paling utama adalah persatuan yang bisa melawan semua wabah ini. Masyarakat di rumah, dokter dan Pemerintah mari kita dukung agar tetap sinergi walaupun beberapa rumah sakit memang kurang memadai, karena pemerintah nya sibuk gaji mereka yg di dalam kekuasaan. Namun wajib bagi kita untuk tetap mendukung pemerintah agar dapat memberikan dampak yang positif bagi warga negara.
Karena jika kemanusiaan itu dijunjung tinggi maka besar lah bangsa tersebut, maka tumbuh lah segala yang baik dan tumbuh lah segala yang ter obati. Sekain…