BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Sinau Konservasi Menuju Gerakan Masyarakat Merawat Bumi



SKRINews-Batu. Bertujuan menyamakan persepsi,menggugah semangat  para milenial  dan masyarakat agar turut serta melestarikan alam dengan cara yang benar,beberapa  pecinta lingkungan yang terdiri dari Lindungi Hutan,Sobat Bumi (SOBI) ,Komunitas Bantuan Sosial Komunikasi Masyarakat (Baskomas) Malang Raya,Alamku Hijau,dan komunitas Sapu bersih Sampah Nyemplung kali (Sabers Pungli) mengadakan agenda Sinau Konservasi dengan tema "Social Movement Lintas Batas Rawat Bumi", Minggu, 9 Maret 2019 bertempat di Pendopo Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Acara tersebut diikuti ratusan peserta terdiri dari mahasiswa,pelaku Konservasi ,masyarakat umum,Ormas dan pemerhati lingkungan.

Sedangkan pemateri merupakan para pakar yang telah berkompeten dibidangnya.

Di sesi Pertama ada Iwan Kurniawan, S.Hut, M.Sc, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Malang  Spesialis Konservasi Satwa liar, Ia menyampaikan pemahaman agar para peserta menjadi agen perubahan.

"Konservasi sering dianggap kegiatan sepele dan tidak ada uangnya, dianggap menghalangi pembangunan dsb. Padahal dalam konservasi  ada unsur mengakomodir yaitu pemanfaatan secara lestari.

Iwan mengharap setiap kegiatan penghijauan juga harus ada perawatan yang berkelanjutan   "Itu berdampak dengan populasi satwa liar ,apabila terjadi lingkungan yang rusak maka satwa liar akan menurun, jelasnya.

Kedua Andik Syarifudin  (Founder Sahabat alam)  berbicara terkait kebijakan dalam Konservasi .

Pemateri ke tiga Rachmad K.Dwi Susilo,MA.Ph.D, Dosen Sosiologi UMM menekankan dalam penjelasannya bahwa untuk melakukan konservasi  yang betul perlu gerakan lingkungan (Social Movement),  sebelumnya harus diputuskan terlebih dahulu isu apa yang berkembang disuatu daerah, kemudian memanfaatkan kearifan lokal untuk mencapai perubahan.

 .Sebagai contoh penyelamatan lahan konservasi air atau masalah sampah yang disebabkan oleh Pariwisata.

Di Sesi  ke 2, Agus Ruswanda,Wakil Adminstrator KPH Malang memaparkan  kegiatan konservasi yang telah dilakukan perhutani yaitu pembuatan bibit,penanaman dan perawatan,selain itu inovasi yang sedang dilakukan tahun 2019 adalah memperbaki  2300 ha hutan lindung yang kurang baik dengan menanam tanaman rimba dan buah jenis tertentu.

Perhutani juga turut melindungi fauna dengan memasang larangan berburu terutama diarea hutan lindung,

Agus juga mengungkapkan," Kami ingin para petani bisa menanam polowijo yang  tumbuh dibawah tegakan seperti empon empon atau talas,kalau mereka terus menerus menanam kentang,wortel maka perlakuan mereka pada pohon sangat tidak baik, kadang dirempes hingga  dipotong.

Berbeda dengan Agus,Ketua jurusan UMM ,Tatak Muttaqin menjelaskan materi dari perspektif sumber Daya Alam .

Tatak berharap akan tercipta banyak kader konservasi yang paham betul konservasi dengan melihat dari sisi akademis maupun
praktisi.

Semua harus dilakukan bersinergi, bersama  bergerak dengan stake holder dengan lebih dahulu mengetahui sebab dan akibatnya.
Kenapa alam rusak?,
Siapa yang harus bertanggungjawab?,
Apa yang harus dilakukan?

Sebagai contoh pengelolaan Das Brantas yang mengaliri 19 Kota dan Kabupaten di Jatim, Sedangkan Malang-Batu adalah Hulunya.

Apabila di Hulu sudah rusak maka air yang mengaliri sawah petani akan berkurang ,akibatnya produktifitas pertanian menurun, pendidikan rendah dan akan timbul banyak kriminalitas.

Tak kalah Penting adalah ilmu tentang konservasi tanah dan air yang dibawakan oleh Joni Suhartono dari  Cabang Dinas  kehutanan Wilayah Malang, Dinas Kehutanan Provinsi Jatim.

Kunci pelaksanaan Konservasi adalah 5 W 1 H ( What, Where  , When,Why,  Who ) dan How.
Kita harus tahu dulu apa yang terjadi,dimana, kapan,mengapa bisa terjadi, siapa yang harus bertanggung jawab dan bagaimana solusinya,tutur Joni.

Disela acara,Ketua Baskomas Malang Raya Fitri Hariyanto atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Ndan  menjelaskan kepada SKRI News bahwa kegiatan Sinau Konservasi dengan Jargon " Kita Jaga Alam,Alam Jaga Kita " salah satu wujud apresiasi kepada para generasi muda yang telah fokus menjadi pelaku Konservasi  diantaranya  Komunitas Lindungi Hutan dan Sobat Bumi.

Dari hasil evaluasi yang kami lakukan,mereka sebelumnya bergerak di kalangan Akademisi saja

Sedangkan" Sinau Konservasi yang kami gagas bersama ini menghadirkan  pakar dan Institusi terkait, jadi lengkap,tuturnya.

Harapannya semua peserta bisa bersinergi dengan program pemerintah dan institusi  seperti DLH, Perhutani, Dinas Kehutanan maupun Jasa Tirta demi mengoptimalkan hasil konservasi, imbuh Cak Ndan.

Menambahkan keterangan, Founder Sabers Pungli Kota Batu Ahmad Rifai (Berlin)  mengatakan" generasi muda sebagai agen perubahan akan terwujud apabila diberikan ruang diskusi semacam ini.

Sinau Konservasi  salah satu pemantik agar mereka melihat dengan kacamata akademisi ,namun melaksanakan dengan cara adat dan kebudayaan , tujuannya membentuk masyarakat bersinergi.mereka memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Hal ini penting karena berbicara Kepentingan sungai, Air, Sumber mata air akan berdampak pada ketahanan pangan, kata Berlin.

Suhardi,Ketua SOBI juga menjelaskan kepada SKRI News bahwa Ada 3 Fungsi yang diemban oleh Komunitasnya yaitu Aksi, Advokasi, Edukasi.

" Dengan  beranggotakan 40 orang di wilayah regional Malang  kami telah melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya penanaman pohon Ketapang,pohon Trembesi di daerah mergan Sumber Suko, bersih bersih sampah di Latar Ombo  dan Puncak Panderman.

Kegiatan akan berlanjut bersama teman komunitas lain yang mau terlibat pada tanggal 23 -24 maret, ialah penanaman pohon di Gunung Katu Wagir.
Yud/Rin
« PREV
NEXT »